Tentulah dari kita kecil hingga sekarang mungkin kita sudah ratusan mungkin ribuan orang yang kita beri gelar. Cobalah hitung ada teman main dari kecil, teman TK, teman SD, teman SMP, teman SMA, teman kuliah, teman kerja, teman les, teman les itu, teman les yang disana, yang disitu. Banyak kan ? Ya, manusia sudah dikodratkan sebagai makhluk sosial, yaitu saling membutuhkan satu sama lainnya. Dan karena itulah peran seorang teman tentulah penting.
Coba, jikalau kalian ingin curhat kepadakah kalian ? lebih enakan curhat ke teman sendiri kan daripada sama anggota keluarga. Kita bisa terbuka, sangat terbuka mungkin, apalagi sama teman yang sudah kita beri embel - embel gelar "Teman Dekat" atau mungkin disebut "Sahabat." Dan karena mereka teman dekat kita, sudah mengerti kita luar dalam, pastilah mereka akan mencoba membantu kita semampu mereka.
Tapi disini yang saya herankan adalah persahabatan antara sesama pria. Kenapa hal tersebut terdengar janggal sekali kan ? Apalagi di negara Indonesia yang culture-shock banget lah istilahnya. Jarang bukan kalo kalian liat di pergaulan kalian, jika sesama cowok bilang. "Eh, dia itu sahabatku" Ahhh jarang banget sumpah. Yang jadi malah, "Yeeey sahabat apaan, lo homo kali sama dia ?" Bener kan? Gini ini orang - orang yang pikirannya cupet. Gak bisa bedain ya ? mana yang beneran tulus temanan dan mana yang pasangan homo ? Beda jauh coy.
Saya juga heran kenapa hal itu terjadi di Indonesia. Saya pernah mengalami hal tersebut. Semasa SMA, saya mempunyai, ya teman dekat lah, yah kita sih ketawa - ketawa bareng, gila- gilaan bareng. Temen sebangkuku juga. Tapi entah kenapa tiba - tiba, teman sekelas kebanyakan yah kind of people who has pikiran cupet. Sedikit - sedikit cieee, lo kira kita pasangan homo. Kesalahan besar coyyy. Kita suka ngecengin cewek kali. Think it, before you speak it ! Mati aja kalian semua ke laut.
Alhamdulillah, saya sempat mengcicipi satu bulan hidup di salah satu negara eropa yang terkenal akan rezim NAZInya. Yahh, JERMAN !! Kesempatan ini tidak saya sia - siakan, termasuk bagaimanakah pergaulan disana. Teman dekat antara cowok dan cowok, biasa kaliii. Gak ada batas. Inget kita satu muhrim. Indonesia aja yang terlalu culture-shock menerima berita tentang gay yang menjamur secara global. Yahh, pikiran orang yang tidak terbuka gitulah. Tapi beda banget sama di jerman, mereka bilang aaah, itu biasa, kita kadang sampe gandengan, rangkul - rangkulan, pangku - pangkuan. WHAAT ? Hmm terlalu frontal sih kalo gitu. Tapi ya saya mencoba menjadi berpikir secara orang sana. Ya, that's friends. Without kiss, that's not gay, tanpa ada rasa cinta kasih, hanya teman kan, no problem that's all.
Orang - orang luar sana sering menyebut hal tersebut dengan istilah Bromance. Ya teman dekat yang sudah mereka anggap sudah seperti Brothernya sendiri lah istilahnya. Ya, sudah sepenanggungan istilahnya, susah senang ditanggung bareng. Itu pikiran orang luar sih. Gatau kalo pikiran orang sini sih, NOL mungkin hahaha. Tapi entahlah karena ada suatu perbedaan yang mencolok, saya menjadi agak jauhan dengan teman saya. Sekarang kami jadi jarang kontak - kontakan. Yaaah, like seasons, people change lah istilahnya.
Nah, setelah membaca postingan ini, semoga kalian sudah berbeda pikirannya, jangan langsung men-judge sebelum mengetahui faktanya. Udah ya sekian dulu, lagi pusing nih hahaha.
Dari kiri : Diego [Brazil], Ina [Indo], me
Dari kiri : Diego, [Brazil], Cynthia [Peru], Andre [Brazil], me
Christian [Peru] and me
Left : Marcos [Paraguay], Cynthia [Argentina], Clara, Hosana, me, Secha
Me & Nico [Jerman]