seperti setetes darah golongan B yang diteteskan dalam lautan darah golongan A

Posted by: Iqbal Blog / Category:

Sebenarnya sudah lama, cerita ini aku pendam. Ingin rasanya menceritakannya kepada seseorang yang terpercaya. Tetapi, msih belum berani sajalah diriku ini untuk mengungkapkannya. Karena teman sejawat yang dekat denganku belum aku anggap dekat lah denganku. Iya memang teman dekat tapi masih belu merasakan bahwa kita seperti satu hati ataupun satu jantung yang digunakan bersama untuk menghadapi hidup.

Disini aku merasa seperti mengalami krisis akan diri sendiri. Entahlah mengapa ? Bagiku, keseharianku, aku masih merasa diri ini, hati ini merasa sepi. Walaupun tiap hari ku tersenyum lebar dan tertawa riang. Tapi jikalau kau tahu nun jauh disana hatiku sepi. Kelam.

Aku merasa sepertinya aku salah tumbuh besar di negeri yang dikenal dengan zamrud khatulistiwa ini. Sepertinya benar - benar salah, tempat ini terlalu hijau sebagai tempat aku dilahirkan dan tempat ini terlalu naif sebagai tempat aku dibesarkan.

Layaknya setetes golongan darah B, aku berdiri di negeri yang termasyur akan keindahannya ini terjebak dalam lautan darah golongan A, yaitu negeri ini. Ya memang kami akan menggumpalterikat kuat, namun sebenarnya dari gumpalan itu akan terlihat bahwa partikel kami satu sama lain saling tolak menolak. Seperti itulah krisis yang kini aku rasakan, dari lingkungan, kehidupan, sistem. Aku tidak cocok besar dan tumbuh disini. Semakin nian aku tumbuh dewasa, semakin terlihat itu pulalah ketidakcocokannya. Tapi bagaimana lagi ? aku terikat disini, ingin aku keluar. terbang bebas nun jauh disana. mengepakkan sayap - sayapku tanpa suatu beban yang menimpa diriku.

Sebuah contoh saja. Di saat liburan. tentulah kita akan terpisah dengan teman - teman kita bukan ? disitulah aku selalu merenung ? akankah di saat aku sendiri waktu liburan nanti, apakah mereka masih membagi gelak tawanya kepadaku ini ? Nyatanya tidak sama sekali. Pernahlah aku cerita dengan seorang teman, tapi hmm tidak ada jawaban darinya yang memuaskan. Dan akhir - akhir ini aku mendapat liburan seminggu penuh, ahh rasanya kesepian akan menantiku. Benar, aku butuh waktu untuk sendiri tapi sejenak saja. Dan ku lihat, teman - teman sibuk dengan liburan mereka. di chat tidak dibalas - balas.

Berbeda sekali, sejak aku mengenal pertemanan lewat media online, aku mencoba mencari teman. Ingin aku punya teman dari berbagai negara, dan itu tersampai juga. Aku lebih senang bergaul dengan mereka, mereka peduli, mereka saling menyayangi. Memang katanya, Indonesia terkenal akan keramahan para penduduknya, tapi bagi aku. Blondie dan para latino itu lebih ramah dari orang indonesia itu sendiri. Adalah 2 teman dekat aku yang tak pernah absen kami selalu berkomunikasi, namanya Florian dan Alex. Dua blondie Jerman ini tak pernah absen selalu kami saling menyapa. menanyakan kabar kami satu sama lain. Kami saling curhat, kami saling bercerita dan kami saling memberi solusi. Aku pua dengan jawaban mereka. Dan pernahlah di saat aku merasa kesepian ini aku bercerita kepada Florian, sahabatku ini yang sungguh aku ingin menemuinnya :

"Flo, in diesen drei Tagen hab ich immer einsam gefühlt. Es gab keine Freinden, die mit mir in der Stadt spazieren gehen können. Und war es keine Interaktion in meinem Handy"

dan anda tahu apa jawaban dia ?

"Achso, Iqbal, das kenne ich. Das ist nicht schön. Würde ich nich so weit weg wohnen, würde ich zu dir kommen jetzt"

Adakah orang Indonesia yang berani berkata seperti itu ? seperti yang dicontohkan dalam film - film persahabatan itu ? Neee, es gibt keine. Palsulah semua. Inilah yang mebuat saya semakin, ahh. Benar - benar aku tidak cocok tinggal di negeri ini. Saat aku datang ke Jerman dahulu juga, kebanyakan temanku adalah orang latino. Mereka juga seperti itu. Sama, saling peduli sesama temannya. Kami free hug. Itu bukan masalah. Namun di negeri ini, aah semuanya tabu. Sudahlah tak akan terjadi di negeri ini. Para manusianya berpikiran sempit.

Maaf, memang aku tidak nasionalis. Bisa dibilang habislah jiwa nasionalismeku itu, ahhh tau lah. Terlalu banyak yang kurang dari negeri ini, sampai - sampai kebaikannya tidak bisa menutupinya. Orangnya, sistemnya. Ah perlulah dirombak itu semua.

Kembali lagi ke kesepian, pernah lah aku berpikir. Apakah aku bunuh diri saja ya ? kan tidak ada orang yang peduli dengan aku lah di negeri ini. Tapi hmm menurutku itu suatu pilihan yang bodoh. Ya hmm mau gimana lagi pilihanku sekarang hanyalah, menguatkan diri untuk bertahan. Menunggu hingga aku lulus s1, barulah aku akan pergi ke eropa sana. Yang dikenal kaku akan orang - orangnya. Tapi menurutku mereka semua tidak kaku, malahan kakuan orang Indonesia. Bertahan hingga aku mendapat beasiswa s2 disana. Walaupun aku harus naturalisasi menjadi warga negara sana tidak masalah. aku bosan dengan negeri ini, aku ingin pindah. maaf hatiku sudah tidak terketuk lagi. Lingkungan sendirilah yang membuatku begini. Sekian


Baca selengkapnya »